Suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapati seorang wanita yang menangis tersedu- sedu di sisi kuburan. Ia menangisi putra kesayangannya yg meninggal dunia.
Segera Nabi menasehati dan melipur wanita yg sedang berdua itu dng bersabda: tetapilah ketakwaan kepada Allah dan relakan kepergiannya dengan demikian engkau mendapat pahala dari Allah.
Wanita tersebut meremehkan nasehat Nabi, dan bahkan menimpali nasehat beliau dng berkata : menyingkirlah engkau, krn engkau tdk merasakan betapa besar musibah yg menimpaku, dan engkau juga tidak kuasa memahami musibahku ini.
Tak selang berapa lama wanita itu diingatkan bahwa lelaki yg menasehatinya ialah Nabi.
Tak ayal lagi wanita itu menyesali sikapnya, dan segera pergi ke rumah Nabi shallallahu alaihi wa sallam, untuk meminta maaf. Ia beralasan bahwa sikapnya tsb dikarenakan ia tdk mengetahui bl yg menasehatinya ialah Beliau.
Nabi menanggapi permintaan maaaf wanita tersebut dng bersabda:
Sejatinya yg disebut dengan kesabaran ialah menahan diri ketika pertama kali ditimpa musibah. (Muttafaqun ‘alaih)
Betapa mudahnya mengucapkan saya sabar setelah musibah berlalu.
Namun betapa beratnya menahan diri dr keluh kesah pada awal terjadinya musibah.
Walau berat namun bukanlah mustahi, krn itu berlatihlah niscaya suatu saat nanti semuanya akan mudah. Percayalah bahwa ala bisa karena biasa.